Musashi adalah contoh orang yang belajar dari realitas sederhana di sekelilingnya. “Ternyata diperlukan banyak teknik untuk membuat barang sederhana itu,” ujar Musashi, saat ia sedang terpesona menyaksikan betapa cekatannya seorang tukang tembikar, yang umurnya hampir enam puluh tahun, menggerakkan jari-jarinya dan memainkan kape-nya untuk membuat mangkuk teh.
Pengalaman menyaksikan dan memikirkan ketrampilan, pemusatan perhatian, dan kesetiaan yang dicurahkan para tukang tembikar untuk membuat barang-barang sesederhana dan semurah itu pada zamannya, justru membuat Musashi merasa bahwa jalannya sendiri masih panjang, jika ia ingin mencapai taraf kesempurnaan dalam seni pedang yang diinginkannya sebagai prasyarat ksatria sejati pada zamannya (Eiji Yoshikawa, MUSASHI, Buku Kedua : Air)
Setiap mahasiswa datang ke kelas dengan perasaan, pikiran, beban, imajinasi, kreativitas, harapan, impian dan kemauan yang berbeda. Perbedaan ini perlu diperhatikan oleh setiap pengajar saat ia mulai menata kelas untuk berkonsentrasi dalam proses kegiatan pembelajaran.
Pertama, mulai dengan pendekatan aplikasi pelajaran yang bersangkutan dalam strategi menjawab realitas keseharian. Sebab, kelas adalah tempat untuk menformat kembali pengalaman yang mereka alami. Kedua, best practices akan memperkuat teori sehingga pembelajaran berlangsung efektif agar siswa memahami teorinya. Terakhir, tugas mandiri untuk mahasiswa merupakan langkah awal bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori tersebut dalam pengalaman sehari-hari.