Pulau Komodo-Kelimutu-Flores merupakan salah satu dari 15 kawasan wisata tanah air, yang ditetapkan sebagai Destination Management Office (DMO) oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata (PDP) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada Agustus 2010 lalu. Kawasan lainnya adalah Kota Tua Jakarta, Pangandaran, Danau Toba, Bunaken, Tana Toraja, Mentawai, Bukittinggi, Borobudur, Rinjani, Raja Ampat, Wakatobi, Tanjung Puting, Derawan, Danau Batur-Kintamani, dan Bromo-Tengger-Semeru. Pengembangan 15 DMO ini akan berlangsung 2011-2014.
Ironisnya Dirjen PDP memprediksikan keberhasilan pengembangan 15 DMO itu membutuhkan 30 tahun. Khusus soal Pulau Komodo-Kelimutu-Flores, prediksi itu bisa menjadi kenyataan kalau saat ini kita memperhatikan masalah dua faktor strategis penunjangnya.
Pertama, masalah manajemen data dan informasi stakeholders di website Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Di sana, hanya ada 19 dari 400-an alamat pemda kabupaten/kota yang menangani kebudayaan dan/atau pariwisata di seluruh Indonesia dan kita samasekali tidak temukan alamat pemda kabupaten/kota yang berhubungan langsung dengan Pulau Komodo-Kelimutu-Flores. Alamat 19 pemda kabupaten/kota yang tercantum di website itu , yaitu Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir; Pemerintah Kabupaten Toba Samosir; Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Mentawai; Kantor Pariwisata Kota Sawahlunto; Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Bangka; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjung Pinang; Dinas Kebudayaan, Kesenian & Pariwisata Teluk Kuantan; Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Pagar Alam; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir; Dinas Pariwisata Kabupaten Garut; Badan Pembinaan dan Promosi Kota Bandung; Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor; Dinas Pariwisata Kabupaten Kendal; Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Berau; Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Perhubungan Kabupaten Pohuwato; Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Bone Bolango; dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wakatobi. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengintegrasikan data dan informasi antara pusat dan stakeholders di daerah antara lain memantau standar prosedur koordinasi. Sebab, disintegrasi data dan informasi soal pengembangan destinasi pariwisata adalah cermin dari karut-marutnya birokrasi.
Kedua, ketertinggalan kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM di pemda kabupaten/kota umumnya dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata khususnya menjadi titik penting pencapaian DMO Pulau Komodo-Kelimutu-Flores yang inovatif, efisien dan efektif. Mentalitas feodal aparat pemda kabupaten/kota setempat merupakan kendala tersendiri. Mentalitas feodal ini menyebabkan kurangnya sinergi dan kerja sama lintas sektor dan lintas daerah.
Oleh karena itu, inovasi, efisiensi, dan efektivitas pengembangan DMO Pulau Komodo-Kelimutu-Flores memerlukan perbaikan sektor pendidikan dan pelatihan bagi aparat pemda kabupaten/kota di Flores. Jika kemampuan atau ketrampilan aparat pemda/kota meningkat, maka mereka akan membuat DMO Pulau Komodo-Kelimutu-Flores lebih efisien dan adaptif terhadap berbagai perubahan kompetisi regional.
Kami coba akselerasi implementasi DMO Pulau Komodo-Kelimutu-Flores dengan branding tagline “Simbiosis”. Branding tagline “Simbiosis” merupakan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian pada Januari 2010 di Daerah Kabupaten Manggarai Barat. Permasalahan terletak pada pengembangan, pengelolaan dan retribusi Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yangterkonsentrasi di Kecamatan Komodo, khususnya di Pulau Komodo dan sekitarnya. Padahal Daerah Manggarai Barat memiliki 79 ODTW yang tersebar di 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Komodo dengan ibukota Labuan Bajo, Kecamatan Boleng dengan ibukota Terang; Kecamatan Sano Nggoang dengan ibukota Werang; Kecamatan Lembor dengan ibukota Wae Nakeng; Kecamatan Welak dengan ibukota Orong; Kecamatan Kuwus dengan ibukota Golowelu; dan Kecamatan Macang Pacar dengan ibukota Bari.
Komodo merupakan identitas dan representasi dari 78 ODTW di Daerah Kabupaten Manggarai Barat. Branding tagline “Simbiosis” berfungsi sebagai “awareness campaign” yang memiliki asosiasi positif, imaginatif, dan mudah dipahami oleh shareholders, stakeholders, dan masyarakat tentang pengembangan ODTW terpadu. Harus diingat pula arti “kampanye” adalah “to win the heart” of people. Semua wisatawan. (Lelo Yosep, Dosen Universitas Bina Nusantara Jakarta dan Pendiri Atlasia Stata)
blogwalking mas. kunjungi blogku juga ya