Pendidik inspiratif dapat menggairahkan dan memberi stimulasi. Stimulasi itu bisa berupa ide, pikiran, emosi bahkan mentalitas untuk berubah. Tugas pendidik demikian perlu dilakoni dengan pendekatan semangat seorang manager.
Sebagai pengajar entah itu pastor, pendeta apalagi guru dan dosen, selama ini kita cenderung bersikap terlalu tenang, dingin, dan menahan diri. Sikap demikian memang penting, namun kita tetap perlu lebih bergairah untuk berpartisipasi dengan berapi-api dalam aktualitas dan kontekstualitas perjuangan dan pergulatan siswa/mahasiswa dalam proses mereka menemukan sasarannya di belantara keanekaragaman pilihan dan peluang.
Pembelajaran inspiratif menuntut pendidik mengombinasikan beberapa ciri wiraniaga, pelamun, artis, perencana, filosof, pengacara, pendeta, prajurit dan diplomat bahkan jenderal perang. Pendidik adalah “bos” di kelas, kawan sekerja, kawan seangkatan, bawahan, pelajar, guru, penasehat dan tokoh sekaligus.
Semua pendidik di mana pun memiliki tantangan serupa, yaitu bagaimana memaksimalkan potensi siswa/mahasiswa di luar jangkauan kesadaran mereka sendiri dengan berusaha sesempurna mungkin melalui penetapan sasaran ambisius bagi mereka sekaligus bagi dirinya sendiri.
Pembelajaran yang memperhatikan hasil optimal maupun kepuasan belajar dan pertumbuhan pribadi para siswa/mahasiswanya, merupakan contoh pengetahuan dan seni pengajaran yang harus dimiliki oleh seorang pendidik.
Pendidik yang gagal menangani masalah akibat kelesuan pembelajaran yang menimpa siswa/mahasiswa di dalam kelas, akan gagal pula memaksimalkan efektivitas dam kontribusi paling berharga dalam pembelajaran, yaitu siswa/mahasiswa yang berbakat. Sebaliknya, siswa/mahasiswa yang tidak memandang secara obyektif pada kemungkinan ia menjadi korban inkompentensi pendidik, akhirnya terkurung dengan produktivitas di bawah potensi dan perasaan bosan terus-menerus. Kita berada di mana? (Lelo Yosep, Dosen Universitas Bina Nusantara Jakarta dan Ketua Atlasia Stata)